Sabtu, 19 April 2008

hidup susah......... mau ?


" Ya Alloh hidupkanlah aku dalam keadaan miskin dan matikan aku dalam keadaan miskin dan dipadang mahsyar kumpulkanlah aku bersama orang-orang miskin....!" Sepenggal do'a dari nabi besar Muhammad S.A.W.

Saya yakin, sebagian besar dari kita enggan untuk membaca do'a ini. bahkan mungkin kita membaca do'a agar dipermudah urusan dan dipermurah rezeki. Pernahkan kita berkaca dan membayangjkan menjadi miskin itu adalah kenikmatan duniawi dan kemanisan iman yang sesungguhnya.

Berapa banyak dari kita yang mengeluh gaji kecil, potongan ini itu dari kantor yang membuat take home pay yang kita terima hanya sedikit. Berapa banyak dari kita terutama kaum hawa yang iri melihat harta tetangga rumah atau tetangga kantor dan menghalalkan seagala cara untuk memperolehnya.

Pernah kita berpikir atau membayangkan bagaimana rasanya tidur dikolong jembatan, mandi dengan air sungai jakarta yang terkenal keruh dan sumber penyakit. Apakah mereka menginginkan makan di fastfood yang hanya harga saja mahal, padahal jika kita membuat sendiri jauh lebih enak? Dengan alasan, beda??

Apakah mereka menginginkan AC, TV Flat plus DVD, mobil mewah yang pajak tahunannya melambung tinggi belum bensin bahkan rumah besar yang perawatan mahal. Berapa banyak kita buang waktu hanya untuk memperoleh dan mengurusi harta yang tidak dibawa mati. Berapa banyak waktu yang hilang karena kita lebih mencintai harta daripada iman yang lama-lama terkikis habis, hanya timbul setahun sekali saja yaitu pada Ramadhon?

Kita sekolah tinggi hanya demi gengsi dan gelar, sedang mereka untuk sekolah gratis saja sulit sekali. Berapa banyak ibu melahirkan yang meninggal karena tidak sanggup ke rumah bersalin. Berapa banyak batita dan balita yang terkena gizi buruk sedang kita enak mengunyah burger yang harganya puluhan ribu rupiah.

Pernah membayangkan nikmat dan bahagia hidup susah? Selam ini kita diiming-imingi oleh sinetron tentang enaknya hidup dalam kemewahan. Dalam hidup susah, kita lebih dekat kepada Alloh dan juga kepada manusia, kita lebih memahami perasaan orang, jauh dari sifat egois, sombong apalagi takabur.

Dengan hidup susah, kita tidak perlu "ngoyo" mencari harta apalagi harus merawat harta tersebut. Sedang di akhirat nanti harta yang tidak ditunaikan kewajibannya hanya akan menjadi penghalang hisab kita, belum lagi harta yang ditunaikan secara haram maka hanya akan menyengsarakan kita beribu tahun lama nya dibanding dengan tahun dunia yang hanya hitungan detik.

Masih ada waktu, minimal kita jangan bersedih atas kekurangan harta. Jadikan pelajaran ini adalah awal untuk tidak mencintai dunia dan siap hidup susah dengan segala jaminan yang dijanjikan oleh Alloh SWT.

Jangan tumbuhkan sikap iri atas kelebihan karuni/ rezeki yang Alloh berikan untuk orang lain. Alloh jauh lebih mengetahui apa yang hambanya butuhkan. Bersyukurlah atas apa yang tidak Alloh beri untuk kita.

Janganlah dunia menipumu. Hanya mereka yang tertipu yang menjadikan dunia sebagai tujuan. Sedangkan orang yang beriman secara benar, hanya mencintai kampung akherat.

Ya Alloh yang membolak balikan hati manusia, tetapkanlah hati kami atas keimanan kepada-Mu. Amin


ditulis oleh Amanda
Dikutip dari www.eramuslim.com

INDAHNYA DISIPLIN

pernah tidak kita membayangkan ketika berangkat beraktifitas dipagi hari maupun kembali kerumah di sore hari keadaan dijalan raya walaupun padat namun perjalanan sangat lancar sehingga kita dapat sampai kerumah dengan tepat waktu.

sungguh hal itulah yang sangat kita dambakan namun ternyata yang kita alami sangat membuat hati kita tidak nyaman.

dibalik itu semua pernahkah kita bertanya apakah yang membuat kemacetan selalu saja terjadi setiap hari, pernah pulakah kita memperhatikan tingkah laku pengguna jalan baik diri kita sendiri maupun orang lain terutama diri kita sendiri, pastinya semua itu berakar pad ketidakdisiplinan para pengguna jalan yang ada.

Padahal kemacetan yang terjadi dapat kita minimalisir apabila kita menyadari ketidakdisiplinan kita didalam menggunakan jalan raya dan yang terutama sekali adalah keyakinan kita sebagai seorang muslim bahwa disiplin adalah jiwa dari seorang muslim, hal ini tampak dari bagaimana
kita diharuskan beribadah sholat setiap harinya dimana waktunya sudah ditetapkan dengan sedemikian rupa oleh Allah SWT.

Lalu kitapun harus juga menyadari bahwa Allah SWT yang kita sembah sangat menyukai keteraturan didalam menjaga kehidupan kita ini, bahkan dengan kedisiplinan yang snagt tinggi sekali, pernahkah kita membayangkan bagaimana jadinya bila matahari tidak mempunya kedidiplinan didalam menjalani garis edarnya, bahkan bagaimana pula dengan alam semesta ini bila mereka tidak mempunyai kedisiplinan di dalam mematuhi perintah Allah, pastilah dunia ini akan kacau.

Menurut pendapat penulis semua itu disebabkan ketidak percayaannya kita terhadap keberadaan Allah SWT yang Maha melihat atas apa yang kita perbuat dan tiadanya rasa takut kita terhadap Alah SWT dan ketidak yakinan kita bahwa Allah lah yang telah mengatur semua hal yang ada didunia ini.

Semua itu dapat kita lihat dari apa yang terjadi dijalan raya yang kita lalui setiap hari,
bagaimana kendaraan umum berhenti seenaknya dan mengangkut penumpang yang tidak mau menunggu kendaran tsb ditempat yang telah ditentukan atau kendaraan tersebut berhenti terlalu lama karena mereka tidak memiliki keyakinan bahwa Allah sudah mengatur rejeki yang akan kita peroleh hari ini maupun hari - hari yang akan datang, begitu juga dengan pengendara kendaraan pribadi yang tidak mau mematuhi peraturan yang ada, sehingga mereka berbelok tidak pada tempatnya maupun melanggar lampu lalu lintas seenaknya, hanya karena tidak adanya petugas yang menjaga padahal apabila kita menyadari akan keberadaan Allah serta
mengakui bahwa Allah maha melihat dan ada malaikat yang selalu mencatat semua perbuatan kita, kita pasti tidak akan melakukan perbuatan indisiplinnier tersebut.

Bukankah semua perbuatan kita akan dicatat sebagai amal perbuatan yang baik dan buruk pasti akan dipertanggung jawabkan dihadapanNya kelak, apakah kita tidak menyadari bahwa apa yang kita lakukan dijalan raya adalah cerminan kita sebagai seorang muslim yang seharusnya kita lakukan baik ketika sedang Sholat maupun di tempat lainnya.

Bukankah setiap tarikan nafas yang kita hirup akan kita pertanggung jawabkan kelak apalagi bila kita sedang beraktifitas lainnya apalagi di jalan raya.

Sungguh seharusnya kita sebagai seorang muslim lebih menyadari arti disiplin ini ketimbang mereka yang bukan muslim.

Mari kita berdisiplin terhadap prilaku kita dijalan raya seperti matahari yang selalu beredar mengikuti perintah Allah.

Sungguh akan indah keadaan dijalan raya apabila kita sebagai muslim dapat menerapkan kedisiplinan karena takutnya kita terhadap Allah yang Maha Melihat apa yang kita perbuat dan kita pun berharap bahwa kedisiplinan yang kita lakukan akan di catat oleh Allah SWT sebagai amal yang baik bukan sebagai amal yang buruk.

Mari kita sebarkan agama Allah di jalan raya, sehingga akan tampak bahwa disiplin itu indah dan berdampak bahwa ISLAM ITU TUNTUNAN YANG INDAH, bahwa islam itu bukann hanya sholat, zakat, puasa dan lainnya tapi islam juga adalah perilaku yang indah.

Minggu, 16 Maret 2008

Pemimpin

Pemimpin, kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah pelayan umatnya. Bukan sebaliknya, bagai “raja” yang selalu minta dilayani

Setelah diumumkan pengangkatannya menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz menyendiri di rumahnya. Tak ada orang yang menemui, beliau pun tak mau keluar menemui seorang.

Dalam kesendirian itu, beliau menghabiskan waktu dengan bertafakkur, berdzikir, dan berdoa. Pengangkatannya sebagai khalifah tidak disambutnya dengan pesta, tetapi justru dengan cucuran air mata.

Tiga hari kemudian beliau keluar. Para pengawal menyambutnya, hendak memberi hormat. Umar malah mencegahnya. “Kalian jangan memulai salam kepadaku, bahkan salam itu kewajiban saya kepada kalian.”Itulah perintah pertama Khalifah kepada pengawal-pengawalnya.

Umar menuju ke sebuah ruangan. Para pembesar dan tokoh telah menunggunya. Hadirin terdiam dan serentak bangkit berdiri memberi hormat. Apa kata beliau?

“Wahai sekalian manusia, jika kalian berdiri, saya pun berdiri. Jika kalian duduk, saya pun duduk. Manusia itu sebenarnya hanya berhak berdiri di hadapan Rabbul-‘Alamin.”Itulah yang dikatakan pertama kali kepada rakyatnya.

Buka Hati

Sikap pemimpin dalam Islam, sejatinya memang harus demikian. Sebagaimana kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pemimpin adalah pelayan umatnya.

Sabda Nabi itu sungguh istimewa, sebab seorang pemimpin biasanya seperti seorang raja. Dan sebagai khalifah, Umar bin Abdul Aziz mewarisi budaya yang demikian itu; hidup dalam gelimang kemewahan dan kekuasaan.

Ternyata Umar tidak serta merta meneruskan budaya yang sebenarnya menguntungkannya secara pribadi itu. Beliau tak mau dihormati berlebihan dan hidup dalam kemewahan. Ia memilih sikap rendah hati dan sederhana.

Sebagai pemimpin besar, bersikap rendah hati, sederhana, dan melayani tentu tidak mudah. Apalagi bila kesempatan bermewah-mewah itu memang terbuka di depan mata, siapa tak tergiur?

Di negeri kita ini, kedudukan dan jabatan malah jadi rebutan. Bahkan banyak yang mati-matian berkorban apa saja, dengan segala cara, untuk mendapatkannya. Setelah berhasil meraihnya, pertama kali yang dilakukan adalah pesta kemenangan. Kemudian segeralah digunakan aji mumpung. Sim salabim, jadilah OKB (Orang Kaya Baru). Gaya hidup dan pergaulannya berbeda dengan sebelumnya. Seolah menikmati kemewahan itulah memang impiannya.

Mari kita membuka hati ini. Dengan berbagai upaya dan gaya hidup mewah itu, apa sih sesungguhnya dicari? Dengan mobil mewah, rumah megah, pakaian serba mahal, apa sebenarnya yang dirindukan lubuk hati? Mungkin terdetak doronganhidup terhormat dan dimuliakan.

Tentu mencapai hidup seperti itu suatu yang normal saja. Malah aneh kalau ada orang bercita-cita hidup hina dan direndahkan. Tetapi benarkah kemuliaan dan kehormatan dapat dicapai dengan hidup berbungkus kemewahan? Coba sebutkan nama-nama orang yang menggetarkan hati karena kemuliaan dan kehormatannya. Cermati satu per satu. Benarkah hati Anda terkesan karena kemewahan mereka?

Mari kita bercermin kepada Umar. Kita tenangkan hati dan jernihkan pikiran sejenak. Andai beliau memilih cara hidup mewah dan bermain kekuasaan sebagaimana raja-raja yang lain, akankah memiliki nama harum seperti saat ini?

Mungkin saja kemewahan singgasana bisa menjadi topeng kemuliaan di muka rakyat. Tetapi berapa lama “kemuliaan” seperti itu bisa bertahan?

Lihatlah para pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan untuk kesombongan dan kemewahan. Bagaimana akhir kehidupan mereka? Masa tua tidak hidup damai, malah gundah gulana karena dijerat hukum. Terbukti bahwa kemuliaan yang dibungkus materi hanyalah semu dan tipuan belaka.

Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai orang-orang sombong. “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.” (Luqman: 18-19)

Misi Mulia

Ya, memang tidak mudah untuk selalu rendah hati dan memilih hidup melayani. Apalagi kalau terjebak pada dorongan biologis dan egoisme semata. Maunya justru dilayani.

Ketika sedang memegang kekuasaan, yang dipikirkan adalah apa yang dapat diambil dengan posisi ini, bukan kebaikan apa yang dapat diberikan pada orang lain. Melayani dirasakan sebagai suatu kehinaan, seolah yang harus melakukan adalah orang-orang rendahan. Padahal melayani inilah misi mulia yang sebenarnya diamanahkan Allah kepada hamba-Nya yang terpilih; Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti jejaknya.

“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiyaa’: 107). Dengan berbagi rahmat, tersebarlah belas kasih dan kedamaian dalam kehidupan.

Dalam bekerja, seorang pemimpin akan senantiasa berpikir bagaimana karyawannya sejahtera. Karyawan pun berpikir bagaimana bisa memberikan layanan terbaik melalui pekerjaannya.

Sebagai pemimpin keluarga, seorang ayah yang mengasihi keluarganya akan mengantar pada suasana sakinah. Anak-anaknya pun termotivasi untuk meneladani dan berbakti kepada kedua orangtuanya.

Setiap orang yang melayani dengan ikhlas berarti telah berpartisipasi menebar rahmat ke seluruh alam. Itulah tugas terhormat seorang pemimpin. Dan setiap kita pada hakikatnya adalah pemimpin, begitu sabda Rasulullah.

Bila setiap orang berpikir minta dilayani, yang terjadi justru krisis. Pemimpin minta dilayani stafnya. Majikan memeras para karyawan. Petugas mempersulit rakyat. Orientasinya bukan rahmatan lil ‘alamin, tetapi keuntungan pribadi.

Kekayaan alam yang mestinya untuk kesejahteraan rakyat, malah dikuras untuk bermewah-mewah diri dan kroninya. Hutan digunduli sehingga banjir dan longsor di sana-sini. Rakyatlah yang jadi korban.

Melihat perilaku pemimpin yang seperti itu, rakyat pun ikut-ikutan mencari keuntungan sendiri. Sudah kaya dan berkecukupan, namun belum bersyukur dan malah berebut bantuan yang mestinya untuk fakir miskin. Sungguh cara hidup yang tidak akan berujung kepada kemuliaan, tetapi justru kehinaan. Dan inilah yang banyak disaksikan di sekeliling kita sekarang.

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Al-Israa’: 16)

Agar mampu rahmatan lil ‘alamin, kita perlu mentransformasi diri. Pusat diri yang sebelumnya egoisme dan hawa nafsu, harus diganti dengan kebeningan nurani.

Sumber Inspirasi

Bayangkan kalau ada orang yang rendah hati, menghormati sesama, dan suka melayani. Tidakkah hati Anda menyukai dan terkesan dengan keikhlasannya?

Orang yang demikian itu akan membahagiakan hati sesama. Kalau dia seorang bapak, keluarganya akan menghormatinya dengan tulus. Kalau seorang ibu, anak-anaknya tentu akan senantiasa merindukan. Kalau seorang pemimpin, tentu akan menginspirasi hati sekalian rakyatnya.

Umar bin Abdul Aziz telah membuktikan keberkahan rendah hati. Meski hanya menjabat dua tahun, terjadi perubahan besar. Akhlak rakyatnya yang sebelumnya buruk seketika berubah menjadi baik.

Umat akan terinspirasi pemimpin yang rendah hati dan teramat jujur itu. Yang menjadi pembicaraan heboh saat itu di berbagai sudut kota, warung, sampai pinggiran ladang di desa adalah masalah iman dan amal shalih. Mungkin seheboh dunia ini ketika dihipnotis oleh perhelatan Piala Dunia yang belum lama berakhir.

Masyarakat giat bekerja dan sejahtera. Kemakmuran mencapai puncaknya. Rakyat berdaya ekonominya dan mereka berlomba menunaikan zakat. Fakir miskin terentaskan sehingga sangat sulit mencari orang yang menerima zakat. Memberi dan memberi, itu yang menjadi paradigma mereka. Bukan meminta dan meminta.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” ( Al-A’raaf: 96)

Alam dan binatang pun digambarkan turut berbahagia. Para gembala yang biasanya takut kambingnya terancam dimakan oleh serigala, saat itu kedua binatang ini seolah berteman saja. Pintu keberkahan dibuka Allah bila manusia telah menunaikan tugas sebagai khalifah.

Atas prestasi gemilang itu, tidak mengherankan jika beliau digolongkan sebagai Khulafa’ Ar-Rasyidin kelima setelah Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, dan Ali.

disarikan dari www.Hidayatullah.com

Tentang islan

Terlahir dengan nama Muhammad Islan Sutami, dibesarkan di Jakarta dan telah mengalami berbagai perjalanan hidup yang penuh dengan liku2 yang menggelitik.

Pernah berorganisasi baik di ke pramukaan maupun kepalang merahan ( PMI ), namun juga membentuk suatu wadah yang bernama MAGAZER 217 didaerah mangga besar ( kota ) tempat berkumpulnya para pemuda yang mencoba mendobrak kemapanan, walaupun tidak berhasil dengan baik.

Banyak pekerjaan yang telah dicoba lakukan guna menjalani hidup, dari tingkat atas sampai kebawah ( pernah jadi boss dan juga pernah jadi cleaning service ), sehingga banyak perjalanan hidup yang dilihat untuk dijadikan bekal mengarungi hidup yang masih tersisa ini.

Dan diblog ini akan di isi oleh pengalaman hidup maupun pemikiran yang selama ini selalu tersimpan

mudah 2 an bermanfaat !